Kamis, 02 Februari 2012

Legowo

Seorang teman menceritakan, pada saat ia sedang mengantre tiket KA, ia tiba2 diserobot oleh nenek2. Teman ini mencoba menegur nenek tersebut dengan halus, bahwa beliau juga seharusnya mengantre dari belakang, seperti calon penumpang lainnya. Eh, ternyata nenek2 ini malah mencak2 kepada teman tersebut. "Saya ini cuma berdua sama cucu saya, dan dia sudah mau pingsan!" sambil tetap bertahan di barisannya. Teman ini pun terkejut, dan seketika itu juga malah merasa kasihan pada cucu si nenek. Perlahan2 ia bertanya pada si nenek dimana cucunya berada dan apakah ia sudah makan. Nenek itupun menjawab, "Dia yang disana itu, dari kemarin belum makan dan sekarang mau pingsan (bla bla bla, cuih cuih, hoekkk...)," sambil menunjuk ke arah tertentu dan olala.. Cucu yang dimaksud si nenek ternyata kira2 sudah seumur anak kelas 3 SMP dan ia dalam keadaan segar walaupun belum makan. Dan bisa2nya si nenek tega menjadikan cucunya sebagai alasan pembenar ia menerobos antrian tiket yang saat itu memang sudah mengular. Naudzubilah.. Tetapi si teman tadi tidak berkata apa2 lagi, dan hanya membatin dalam hati tentang kelakuan si nenek.

Selang beberapa saat kemudian, antrian semakin mengular. Mulai ada mas2 yang mendekati para pengantre, berharap dapat nunut mengantrekan tiket untuk dirinya. Ketika mas2 tadi menghampiri si nenek, ia mendapat jawaban ketus yang cukup keras untuk didengar orang-orang di sekeliling, "Ya antre dari belakang dong mas, yang lain sudah susah2 antre, mosok situ mau enak2an nyerobot?" Sampai disini aku udah ga inget lagi lanjutan cerita dari si teman tadi, karena aku udah ngakak guling2.

Banyak momen dalam hidup ini yang memaksa kita harus memaksa kita bersikap legowo (berbesar hati). Karena memang seringkali panggung kehidupan ini menyajikan parodi yang satir. Kemunafikan tersaji dimana2, di saat kata dan tindakan tak lagi satu. Alasan pembenar selalu siap dimuntahkan bak peluru di bibir tiap2 orang. Tetapi hanya kebijaksanaanlah yang tampaknya mampu membuat kita tetap menertawakan keadaan yang menimpa dan kembali menceritakannya dalam suasana tawa.

(Wah2, aku bijaksana yo brarti? Cocotmu kui, bijaksana kok misuhan. Sing bijaksana ki yo koncomu karo penumpang2 kae, diserobot simbah2 ora nesu. Jal nek koe sing diserobot, mesti ora mikir dowo koe langsung ngomong, "Jancuk!") -Percakapan antara saya dengan seorang bijak,

bijak yang misuhan juga; entah siapa-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar